Setelah 12 Tahun Francesco Flachi Ingin Kembali Bermain

0
484
Photo: Twitter

Arenaku.com – Di masa lalu nama Francesco Flachi merupakan idola setidaknya bagi pendukung Sampdoria, namun karir sepakbolanya selesai dengan cepat karena kedapatan berlaki-kali menggunakan narkoba.

Akibat kebiasaan burunya tersebut mantan kapten Sampdoria ini dilarang bermain sepakbola selama 12 tahun, kini sFrancesco Flachi I

anksi tersebut akan berakhir dan Flachi bermimpin bisa ‘meneruskan’ karirnya yang tertunda kembali bermain sepakbola walau kini telah berusia 46 tahun.

“Saya kehilangan semuanya pada saat yang tepat,” kata Flachi kepada BBC Sport.

“Saya adalah seorang idola di Genoa (Sampdoria). Saya memulai tahun dengan dua gol dan saya juga dipanggil oleh tim nasional,” ucapnya.

Francesco Flachi saat membela Sampdoria

Saat masih usia remaja Flachi sempat disebut sebagai salah satu dari 10 pesepakbola berbakat di Italia, selama memperkuat Sampdora dari tahun 1999 hingga 2007 mencatatkan 110 gol membuat namanya masuk sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa untuk Sampdoria dibawah Roberto Mandini dan Gianluca Vialli.

Pasca membela Sampdoria, pria yang mengawali karir profesionalnya bersama Fiorentina ini sempat bermain untuk Empoli tahun 2009 dan Brescia 2010, namun tetap tidak bisa lepas dari masalah narkoba yang akhirnya membuat dirinya mendapatkan sanksi 12 tahun.

“Saya ingin meneruskan apa yang telah saya buang,” ujarnya.

Walau mendapatkan sanksi larangan bermain selama 12 tahun namun Flachi secara tidak resmi sempat melatih tim lokal Bagno a Ripoli, serta melatih tim muda Signa 1914, sejak wabah pandemi, memberikan pelajaran tentang teknik sepak bola kepada 50 anak.

Bersama Signa 1914 yang berlaga di divisi 5 inilah Flachi berniat kembali bermain sepakbola.

“Saya sangat senang karena tanggalnya sudah dekat. Semuanya dimulai sebagai lelucon, tetapi kemudian kami menjadi lebih serius. Saya sudah membantu di Signa 1914, membantu di sektor pemuda,” jelasnya.

“Saya berlatih sekarang dan sensasinya mirip dengan yang saya rasakan sebagai pemain sungguhan. Eksposur dan tekanan berbeda, tetapi beberapa dinamika sepakbola, seperti kehidupan di ruang ganti, sama di semua level,” lanjutnya.

“Saya tahu saya melakukan kesalahan dan saya dihukum karenanya. Saya juga tahu saya tidak secepat dulu, tapi saya bisa melakukan bagian saya dan membantu orang-orang ini percaya pada diri mereka sendiri”. [sb]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here