Arenaku.com – Fabio Capello mengatakan bahwa sebagai pelatih dirinya selalu menghormati para pemain, oleh karena itu para pemain juga harus menghormati pelatih mereka.
AC Milan menjadi klub yang paling banyak diberikan gelar juara oleh Capello, dengan catatan 4 Scudetto, 1 trofi Liga Champions, 3 torif Supercoppa Italia dan 1 trofi Piala Super Eropa. Selain itu Cappelo juga berhasil mempersembahkan Scudetti untuk AS Roma musim 2000/01 dan dua gela Scudetto untuk Juventus (2004/5) dan 2005/06) namun dua gelar di Juventus ini dicabut karena skandal calciopoli.
Di luar Italia Capello berhasil membawa Real Madrid meraih dua trofi LaLiga musim 1996/97 dan 2006/07.
“Sebagai pelatih saya berbicara dengan jelas kepada para pemain saya. Saya memberi hormat dan menuntut rasa hormat. Tetapi hal yang paling membuat saya marah dan tidak saya terima adalah kurangnya rasa hormat terhadap anggota staf,” kata Capello di Trento Sports Festival seperti diberitakan Fooball Italia.
“Tidak ada pemain yang secara khusus tidak menghormati saya. Jelas seseorang dapat berbicara dan berdiskusi, tetapi saya tidak akan menerima perilaku lain. Saya bukan sersan besi, saya kecewa diberi label ini,” tegasnya.
Capello kemudian memberikan pemikirannya tentang keindahan dalam sepakbola dan pemain mana yang menjadi perwujudan dari hal tersebut.
“Misalnya mencetak gol setelah tiga operan. Keindahan juga muncul dari kejeniusan tiba-tiba dari pesepakbola, misalnya seperti (Lionel) Messi,” ucapnya.
“Ada dua pemain yang mewujudkan keindahan: Paolo Maldini dan Franco Baresi, karena mereka mengubah kesulitan menjadi hal yang mudah. Mereka memiliki kepribadian dan mereka menularkannya kepada para penggemar, mereka mampu mengguncang segalanya. Mereka adalah simbol dari sebuah tim, Milan, yang mempesona keindahan,” jelasnya.
Capello juga membahas bakat alami dalam sepak bola, seperti bakat yang dimiliki Antonio Cassano, Marco van Basten dan Zlatan Ibrahimovic.
“Bakat bisa dirasakan oleh karena itu harus dipupuk. Dan mereka yang memilikinya pasti memiliki keinginan yang besar untuk muncul. Ada pemain yang memiliki sesuatu yang lebih dan akhirnya membuat perbedaan,” ucapnya.
“Mereka memungkinkan tim untuk menang, dan sangat sulit untuk mencapai tujuan tanpa mereka. Cassano memiliki bakat tak terbatas, dalam 20 meter terakhir dia melihat permainan yang bahkan tidak dipikirkan orang lain. Tetapi dia hanya memberi 50% (bakatnya) karena dia puas. Sayang sekali tidak melihatnya dalam kondisi terbaiknya,” ujarnya.
“Tapi dia bisa membuat permainan yang unik. Van Basten adalah fenomena lain. Namun, saya perhatikan bahwa dia salah dalam cara dia menendang penalti. Saya menunjukkan kepadanya, dia berhasil memperbaiki cara dan meningkatkan fundamental ini. Ibrahimovic juga membuat dirinya tersedia bagi saya untuk berkembang dan menjadi lebih baik. Merupakan kepuasan besar bagi seorang pelatih ketika ajarannya mengarah pada peningkatan kemampuan pemain”. [arn]