Arenaku.com – Antonio Conte memberikan penghormatan kepada mantan pelatihnya, Carlo Mazzone yang wafat di usia 86 tahun, Sabtu (19/8/2023) kemarin.
Mazzone adalah pelatih dengan penampilan terbanyak di Serie A dan dalam karirnya bekerja sama dengan banyak pemain besar, mulai dari Francesco Totti, Andrea Pirlo, dan bahkan Conte, di awal kariernya sebagai pemain.
“Mazzone adalah pelatih hebat dan sosok luar biasa yang meninggalkan jejak di sepak bola Italia dalam 50 tahun terakhir dan juga dalam karier saya,” Conte dalam sebuah surat yang dipublikasikan oleh Gazzetta.
Diawal karirnya Conte bermain untuk Lecce dari 1985 hinga 1991, Mazzone merupakan pelatihnya di Lecce dari 1987 hingga 1990.
“Eugenio Fascetti, pelatih pertama saya di Lecce, memberikan saya debut di Serie A pada usia 16 tahun, namun Mazzone membuat saya berkembang sebagai seorang pesepakbola. Tiga tahun kami bersama penuh dengan pengalaman, pelajaran, dan pertumbuhan sebagai manusia dan profesional”.
“Itulah mengapa, bagi saya, Mazzone bukan hanya seorang pelatih, tetapi juga, entah bagaimana, seorang ayah. Kasar, terkadang keras, tetapi juga memiliki sisi kemanusiaan yang luar biasa. Pria bertubuh besar ini, dengan logat Romawinya, mengatakan sesuatu dengan lugas, menimbulkan rasa takut tertentu bagi kami para pemain muda”.
“Tim Lecce itu berhasil meraih promosi ke Serie A dan dua kali bertahan. Saya adalah bagian dari tim itu juga. Kami adalah orang-orang yang cerdas dan ekstrovert yang lahir di tanah itu dan tumbuh di lapangan berdebu, terbiasa untuk selalu menang. Mazzone mengetahui hal tersebut dan dia tahu bagaimana caranya untuk memberikan motivasi kepada kami. Dia adalah seorang motivator yang hebat dan kami tidak takut kepada siapa pun ketika bermain di kandang. Ketika kami melakukan kesalahan, masalah pun dimulai”.
“Sekarang semua orang menyebutkan cerita-cerita lucu tentang dia, tetapi saya dapat memastikan tidak ada lelucon sebelum, selama, dan setelah pertandingan. Tidak ada senyuman di ruang ganti, kami harus mempersiapkan diri untuk bertanding. Sebagai contoh, dia tidak suka menyapa lawan. Saya ingat suatu ketika, salah satu rekan setim saya memeluk seorang lawan di terowongan dan kami mendengar suaranya dari jauh, berteriak: ‘Hei, apakah Anda ingin menciumnya juga?”
“Dia sangat tangguh dan terkadang kami memulai latihan di tempat istirahat sebelum pertandingan pada hari Selasa. Itu adalah sepak bola yang berbeda”.
“Bersikap langsung dan penuh semangat, sering mengenakan pakaian olahraga dan sepatu sepak bola, mungkin telah memengaruhi citranya. Dia seolah hanya mampu menangani klub-klub kecil. Itu tidak benar. Saya selalu mengatakan bahwa seorang koki menyiapkan sup dengan bahan-bahan yang dia miliki dan dia adalah seorang pelatih yang praktis”.
“Bagi saya, pelatih terbaik adalah pelatih yang mampu mencapai target klub dan hampir selalu mampu melakukannya. Semua orang mencintainya, para penggemar dan pemain, karena dia memberikan segalanya untuk klubnya. Puncak kariernya adalah saat melatih AS Roma, yang dia dukung.”
Di akhir tulisannya Conte mengirim terima kasih kepada pelatih yang pernah menukangi banyak klub di Italia itu.
“Tuan yang terhormat, terima kasih atas apa yang telah Anda berikan kepada saya, untuk seorang pria dan pelatih seperti Anda. Anda telah memberikan banyak hal kepada sepak bola dan para penggemar serta para pemain, termasuk lawan-lawan Anda, mencintai Anda. Ini adalah Scudetto yang paling penting, dan Anda telah memenangkannya”.
Pep Guardiola termasuk di antara para pemain yang pernah dilatih oleh Mazzone selama kariernya dan juga memberikan penghormatan kepada mantan juru taktik Italia tersebut setelah kemenangan 1-0 Manchester City atas Newcastle pada Sabtu malam. Pelatih asal Spanyol ini mengenakan kaos yang menggambarkan salah satu momen paling berkesan dari ‘Carletto’ sebagai pelatih saat menangani Brescia. [aRn]